Wednesday 15 June 2016

10 Kota di Dunia yang berbahaya untuk dikunjungi

10. Caracas, Venezuela
Ini adalah ibukota Venezuela dan sedang menghadapi krisis yang melibatkan geng narkoba.  kejahatan dijalanan seperti perampokan dan pencurian memiiki intensitas yang sangat tinggi, . Banyak kota-kota lain di Venezuela juga memiliki tingkat kejahatan yang tinggi.





9. Ciudad Juarez, Mexico
Meksiko memiliki masalah dengan mafia narkoba dan Ciudad Juarez adalah salah satu kota paling bahaya sekarang. Polisi tidak bekerja dengan semestinya karena kejahatan seseorang dapat dibayar di tempat / disuap oleh geng narkoba, yang berarti bahwa banyak kejahatan dibiarkan begitu saja.





8. Cape Town, Africa

Karena tingkat kemiskinan yang tinggi sehingga sering terjadi kerusuhan sosial di kota ini. Meskipun banyak wisatawan tertarik ke Afrika Selatan karena keindahan dengan alamnya, Cape Town bisa menjadi tempat yang berbahaya. Untuk menikmati kunjungan ke kota ini Anda harus menghindari bagian yang berbahaya yaitu tidak melakukan perjalanan sendirian di malam hari.




7. Rio de Janeiro, Brazil

Banyak kota di Brazil memiliki tingkat kejahatan yang sangat tinggi, dan ada beberapa kota lebih berbahaya daripada Rio de Janeiro. Namun karena Rio adalah tujuan wisata paling populer di Brazil, maka menjadi perhatian saat ini. Rio de Janeiro sebenarnya lebih aman daripada satu dekade yang lalu, tetapi kejahatan jalanan masih terlihat umum di banyak daerah, terutama pada malam hari.




6. Guatemala City, Guatemala
Meskipun Guatemala memiliki banyak tempat wisata dan terletak di  Karibia - Amerika Tengah, Guatemala adalah bangsa yang terkendala dengan kekerasan narkoba. Memiliki tingkat pembunuhan yang tinggi dan kejahatan umum lainnya termasuk perampokan jalanan, pembajakan mobil atau bus sering terjadi. jika mengunjungi Guatemala dianjurkan untuk tetap tinggal di daerah yang lebih aman dan menghindari Guatemala City.


5. Acapulco, Mexico

Belum lama ini, kota Acapulco dianggap sebagai resor yang aman dan mewah. dan tingkat kunjungan wisatawan ke Acapulco masih tinggi karena memang tempat ini sangat popular, kekarena peredaran narkoba, telah membuat kota ini menjadi daerah berbahaya. Statistik terbaru mengungkapkan bahwa kota ini salah satu kota di dunia dengan  tingkat pembunuhan tertinggi -142 per 100.000 orang. Jika mengunjungi Acapulco disarankan untuk tetap pada properti resor di mana mereka tinggal,  karena sebagian besar kejahatan terjadi di sekitarnya.

4. Baghdad, Iraq
Peristiwa Pengeboman, tembakan dan kekerasan lainnya adalah pemandangan yang umum di Irak. Travel warning " Don't TRavel" atau tidak melakukan perjalanan ke IRAK yang berlaku untuk Amerika dan eropa selama bertahun-tahun karena Baghdad menjadi tempat yang berbahaya. Masa depan Irak sangat tidak pasti  dan tidak mungkin menjadi aman dalam waktu dekat.




3. Kabul, Afghanistan
Salah satu kota yang paling berbahaya di dunia untuk beberapa waktu. karena kota ini masih zona perang, meskipun pasukan AS secara bertahap dikeluarkan dari negara ini akan tetapi serangan teroris sering terjadi ditempat umum. Kabul menghadapi masa depan yang sangat tidak pasti dan mungkin akan menjadi tempat yang sangat berbahaya di masa mendatang. Seperti Baghdad, Kabul adalah kota di mana kekerasan dapat terjadi setiap saat.


2. Karachi, Pakistan
Pakistan mengalami banyak kerusuhan politik, dan kejahatan serta terorisme merajalela. Pembunuhan yang umum, serta bom bunuh diri dan perang geng. Karachi adalah salah satu pusat kekerasan ini dan wisatawan disarankan untuk menghindari kota ini.







1. San Pedro Sula, Honduras

Kota ini memiliki peringkat sebagai salah satu kota di dunia yang paling tinggi tingkat kekerasan selama beberapa tahun sekarang. Menurut banyak sumber, ia memiliki tingkat pembunuhan tertinggi yaitu 169 / 100.000 orang. Perdagangan senjata adalah masalah besar, dan senjata api ilegal adalah hal lazim di seluruh kota. wisatawan akan melakukannya traveling baiknya untuk menghindari.

Monday 13 June 2016

Implementasi Thermoelectric di Indonesia

Informasi dari wikipedia adalah, "Termoelektrik adalah suatu perangkat yang dapat mengubah energi kalor (perbedaan temperatur) menjadi energi listrik secara langsung. Selain itu, termoelektrik juga dapat mengkonversikan energi listrik menjadi proses pompa kalor/refrigerasi.

Teknologi termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai. Perangkat modul termoelektrik yang dijual biasanya berbentuk plat tipis. Salah satu termoeletrik yang dapat dengan mudah kita dapatkan berukuran 40 mm x 40 mm dengan ketebalan 3 mm dan terdapat dua buah kabel (biasanya merah dan hitam). Jika di antara kedua permukaan termoelektrik terapat perbedaan temperatur maka tegangan listrik dihasilkan dan tegangan tersebut dapat kita ukur melalui dua kabel termoeletrik dengan menggunakan voltmeter. Jika perbedaan temperatur cukup besar, maka termoelektrik dapat menghidupkan sebuah lampu LED kecil. Listrik yang dihasilkan pada thermoelectric generator adalah listrik searah (DC).

 
contoh thermoelectric bekerja

Bersambung....


Asal Usul Nama Bangsa Indonesia


Sejarah nama Indonesia adalah sebagai berikut. " Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.



Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):

    "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. [1] Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

    "Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia" 

Lalu berdasarkan Berdikari online
  1. Nama “Indonesia” pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl. Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia. Sedangkan Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf “u” dari nama tersebut menjadi “o”. Jadilah: INDONESIA.
  2. Nama Indonesia kemudian dipopulerkan oleh seorang etnolog Jerman, Adolf Bastian. Dia mempopulerkan nama Indonesia melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipelsdan Die Volkev des Ostl Asien. Bastian sendiri mengunjungi Indonesia empat kali. Di bukunya, Bastian menggunakan kata Indonesia untuk merujuk pulau besar—Jawa, Sumatera, Borneo (Kalimantan), Celebes (Sulawesi), Molukken (Maluku), Timor, hingga Flores—dan gugusan pulau-pulau yang mengitari pulau tersebut.
  3. Penjajah Eropa, baik Belanda maupun Portugis, menamai negeri kita ini: India. Namun, agar tidak sama dengan nama India, maka ditambahi huruf ‘H’ di depannya menjadi: Hindia. Di bawah penjajahan Belanda, negeri kita disebut Nederlandsch-Indie, yang berarti ‘Hindia kepunyaan Belanda’. Di bawah penjajahan Portugis, namanya ‘Hindia kepunyaan Portugis’. (Pramoedya Ananta Toer, Angkatan Muda Sekarang, 1999).
  4. Tahun 1913, Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara mendirikan Kantor Berita untuk bumiputera di Den Haag, belanda. Namanya: Indonesische Persbureau, disingkat IP. Saat itu Ki Hajar sedang menjalani pembuangan di negeri Belanda akibat aktivitas politiknya di tanah air.
  5. Sebelumnya, di tahun 1912, Ki Hajar bersama dua kawannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangkukusumo, mendirikan partai politik bernama Indische Partij (IP). IP merupakan organisasi politik pertama yang terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan Hindia—terpisah dari kolonialisme Belanda. Saat itu, IP mengusulkan agar nama negeri kita ini adalah Hindia. Slogan IP yang terkenal: Hindia untuk Hindia! Sayang, usulan IP ini kurang berterima luas di kalangan kaum pergerakan.
  6. Pada bulan Februari 1922, para pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
  7. Di tanah air, organisasi politik yang pertama sekali menggunakan nama Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Itu terjadi pada tahun 1924. PKI sendiri berdiri tanggal 23 Mei 1920, dengan nama Perserikatan Komunis Hindia. Baru pada bulan Juni l924, melalui sebuah Kongres di Weltevreden, Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.
  8. Pada tahun 1927, Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo serta kawan-kawannya di Algemene Studieclub mendirikan gerakan politik nasionalis bernama Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian, Perserikatan Nasional Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI punya kontribusi besar dalam mempopulerkan nama Indonesia di kalangan rakyat jelata: petani, buruh, dan kaum melarat lainnya.
  9. Pada tahun 1928, Kongres Pemuda Indonesia ke-2 mengikrarkan ‘satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: INDONESIA”. Sejak itulah Indonesia sebagai nama dari sebuah negeri yang diperjuangkan makin berterima luas di kalangan kaum pergerakan dan rakyat banyak. Dua tahun sebelumnya, Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu berjudul “Indonees, Indonees”, yang kemudian di tahun 1944 diubah menjadi “Indonesia Raya”. Lagu itu diperdengarkan tanpa lirik oleh WR Soepratman di Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, tahun 1928. Sejak itulah cita-cita “Indonesia Raya” bergema di hampir semua pulau-pulau sepanjang Semenanjung Malaya hingga Papua. Tahun 1937, di Malaya (sekarang Malaysia), berdiri organisasi nasional bernama Kesatuan Melayu Muda (KMM). Dalam programnya, KMM menyatakan ingin mempersatukan Malaya ke dalam satu ikatan dengan ‘Indonesia Raya’.
  10. Tetapi Pramoedya Ananta Toer kurang setuju dengan nama Indonesia. Menurutnya, penggunaan nama itu kurang politis dan ahistoris. Kata Pram, Indonesia berarti kepulauan India; belum keluar dari cara kolonialis menamai negeri kita. Pram sendiri mengusulkan dua nama yang dilahirkan oleh sejarah bangsa ini, yaitu Nusantara dan Dipantara. Nusantara muncul semasa dengan Majapahit, yang berarti: kepulauan Antara (dua benua). Sedangkan Dipantara muncul di era Singasari, yang berarti: Benteng Antara (dua benua).

Sumber Artikel: berdikarionline